Pada awal maret kemarin saya sebenarnya sudah merencanakan pulang ke
kampung istri supaya bisa menemani dia proses persalinan anak pertama. Istri
saya kelahiran Tulung Agung, tapi besar dan sekolah di Sumatra, tepatnya kab. Pasaman
barat, salah satu kab di provinsi Sumatra barat. Pernikahan saya dengannya pada
tgl 4-5 Agutus 2019 dilaksanakan pasaman barat juga. karena memang pekerjaan
saya di Surabaya, tentu istri harus ikut suami. Maka, Sekitar 1 bulanan setelah
menikah, istri ikut saya ke Surabaya. Beberapa hari di Surabaya istri saya ternyata
hamil. Syukur alhamdulillah, meski secara psikis belum siap jadi orang tua,
saya tetap bersyukur dan berterima kasih pada Allah atas karunia ini.
Sejak awal kehamilan istri minta untuk
lahiran Bersama ibunya di sumbar, sayapun menyetujui permintaan tersebut. Sesuai
dengan rekomendasi dokter Kandungan dan ketentuan maskpai juga, bahwa maksimal usia
kehamilan penumpang pesawat adalah 7 bulan. Sesuai dengan hitungan usia
kehamilan, istri saya harus pulang ke Sumatra paling tidak pada akhir januari. Karena
memang kondisi keuangan masih kurang stabil, istri mau pulang sendiri, tidak
perlu saya ditemani, mungkin mikirnya nanti berat diongkos, kalua harus PP Surabaya-padang.
Belum lagi April harus kesana lagi untuk menemani proses persalinan. “Sudah,
abang nyusul pas akum mau lahiran saja” katanya.
Berdasarkan usia kehamilan, HPL istri
diperkirakan antara akhir April sampai awal Mei. Jadi saya harus kesumbar
paling tidak tgl 28 April. Jadi, tgl 10 Maret aku pesen tiket sby-pdg via
traveloka, setelah memilih tgl dan jam flight dan mengisi data penumpang saya
melakukan pembayaran via klik BCA. Setelah pembayaran saya dikonfirmasi sukses,
terbitlah E-ticket saya dengan rute Sby-pdg, saya scren shot tiket tersevut
lalu dikirim ke wa istri. Nampaknya istri seneng bangets saya akan segera menyusulnya,
bahkan sampai dibuat di story wa. “Alhamdulillah, bisa menemani istri lahiran
anak pertama,” ucap saya lirih dalam hati.
Selang lima menit kemudian ada notif dari
Air asia bahwa flight saya di alihkan menjadi tujuan jakarta, "loeh saya
kan mau ke padang, kok flightnya ganti sub-cgk, harusnya kan sub-pdg”. Kemudian
saya check di akun treveloka juga sudah di resechedule sub-cgk. Saya akhirnya
menghubungi pidak terkait yaitu travelokan, dari traveloka saya diminta untuk
kontak lgsg ke maskapai yg saya pilih, serta dikasih hotline numbernya. Saya
coba menghubungi no tersebut sampai 10x belum bisa tersambung ke CS. Sampai pulsa
25rb abis terpotong. Karena tidak ada kejelasan akhirnya booking flight
tersebut saya cancel. Saya minta dikembalikan uang saja. Setelah mengisi form
penbatalan pemesanan, saya diberi tahu kalau proses pembatalan diperkirakan
sampai dengan 90 hari kerja.
Kenapa 90 hari kerja ?, lama bangets ?,
mungkin saja ini dampak Covid-19 yang lagi panas panasnya di Indonesia, maret
adalah awal diumumkannya kasus pertama covid-19 di Indonesia. Tepatnya pada tgl
2 maret dan diumumkan
langsung oleh Presiden Joko Widodo. lalu banyak mesyarakat panik, stress, takut dan bimbang
bahkan ada yg sampai panik buying, meninmbun makanan dan alat kesehatan.
Pertengahan maret kasus semakin meningkat dan terus menyebar keberbagai daerah.
masyarakat semakin takut bepergian,
akhirnya banyak sekali tiket pesawat yg dibatalkan. Selang beberapa bulan
kemudian, tepatnya pada hari 23/24 kemenhub melarang penerbangan pesawat
komersil terhitung sejak tgl 24 April sd 1 Juni 2020. Karena pembatalan
tersebut disebabkan oleh pandemi, pihak maskapai harus mengembalikan semua uang
tiket penumpang.
Saya akhirnya memutuskan tidak pulang ke
padang untuk menemani istri lahiran, karena kepikiran nanti kalau saya ke
padang, malah selain dikarantina juga jadi omongan tetangga lagi, belum lagi
ketakutan kalau nanti malah OTG dan menularkan pada keluarga istri. Apalagi ibu
mertua termasuk oreng dengan resiko tinggi. Istri juga agak berat kalau saya
kesana, “Orang orang disini agak parno kalau ada orang luar dating, jadi
daripada nanti abang dirasanin banyak orang mending tidak usah kesini gak papa”,
ini tentu berat sekali bagi kita, terutama buat istri, harus menjali proses
persalinan tanpa ditemani suami.
Saya bersyukur dan senang meski tidak bisa
lebaran bareng anak istri di padang, Allah menjawab semua doa saya,
Alhamdulillah istri melahirkan anak pertama kami dengan normal dan selamat. Saya
berpesan ke istri kalau saya akan mengadzani & Iqomah untuknya lewat Hp.
InsysaAllah, saya yakin Allah tetap memberi keutamaan sama dengan saya mengumdangkan
adzan secara langsung kepadanya, aminnnn. Betapa bahagianya saya saat melihat wajah
kanaya pertama kalinya, meskipun itu lewat Hp.
Dan Alhamdulillah saat tulisan ini saya buat, anak saya berusia 13 hari, dia juga tumbuh dengan sehat dan sempurna. Semoga kelak menjadi anak yg sholehah dan berbakti kepada orang tua dan bangsa. We love you Kanaya S. A.
Kedua, Semoga Covid-19 segera punah, vaksin terbaik segera ditemukan dan kehidupan kembali normal tanpa new. Selama normal masih menggunakan model new, mari selalu terapkan prinsip 3M; 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan.