Tampilkan postingan dengan label linguistik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label linguistik. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Maret 2018

Dasar Dasar Morfologi


saya menjadi semangat untuk melanjutkan tulisan kecil ini di blog karena saya perhatikan tulisan saya sebelumnya yang membahas linguistic makro dan mikro mendapat banyak atensi dari netizen. Mungkin tulisan ini bisa sedikit membantu teman teman mahasiswa terutama mereka pada program studi ilmu bahasa (linguistik) baik bahasa daerah, bahasa indonesia, atau bahasa asing.

Morfologi

Morfologi atau dalam English text disebut morphology mempunyai dua pehaman makna berbeda; dalam kajian ilmu alam morfologi menjadi bagian ilmu biologi yang berhubungan dengan dengan bentuk organisme hidup beserta hubungan antar struturnya. Sedangkan dalam kajian ilmu bahasa (linguistic), morfologi didifinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk kata.

Karena tulisan ini sebagai lanjutan daripada tulisan saya sebelumnya yang membahas tentang phonology, maka disini saya hanya membahas morphologi dalam konteks kajian ilmu linguistic.

Difinisi Morfologi
Sebagaimana penjelasan diatas Secara sederhana Morfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk kata. Dalam Wikipedia.org morfologi adalah ilmu yg mempelajari tentang struktur kata/phrase/kalimat serta hubungan terhadap struktur lainnya dalam satu bahasa yang sama. Sedangkan menurut abdul chaer (2012) menyatakan bahwa dalam kajian morfologi akan dibicarakan seluk beluk morfem dan proses morfemis hingga menjadi kata sebagai satuan terkecil dari sintaksis. JWM Verhaar dalam bukunya Asas Asas Linguistik Umum (2012) mendifinisikan morfologi sebagai satuan satuan dasar bahasa sebagai  satuan gramatikal (satuan yang memiliki arti mandiri). Contoh; kata Berhak. Secara fonologis kata tersebut terdiri dari 6 fonem (B, E,R, H, A,K), dan 2 satuan minimal morfologis (Ber dan Hak); satuan minimal gramatikal inilah yang dinamakan morfem. Demikian pula kata Unable “tidak dapat/sanggup” terdiri atas 6 fonem (U, N, A, B, L, E) dan 3 morfem (U-Na-ble).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa morfologi adalah study (pembelajaran) tentang proses bentuk kata. Karena materi morfologi biasanya lebih utuh membahas tentang proses morfemis sebagai bagian terkecil kata yang memiliki arti gramatikal tersendiri (independent)

Morfem
Morfem adalah satuan betuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relative stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian makna yg lebih kecil, contoh; kepasar dan kemasjid; bentuk ke pada dua kata tersebut mempunyai 1 makna (Menuju) dan merupakan kata yang tidak bisa dikecilkan/dipisah lagi. Kedua pada kata kedua/ketiga; kata ke pada contoh ini menunjukkan arti yang sama yaitu urutan. Ke pada 2 contoh tersebut disebut morfem karena mempunyai makna sendiri dan tidak bisa dibagi atas bagian makna yg lebih kecil lagi.
Sekarang kita coba analisa kembali, morfem Ke pada 4 contoh diatas apakah termasuk morfem yang sama atau tidak. Sebagaimana penjalasan diatas Ke pada contoh kepasar dan kedua atau kemasjid dan ketiga bukanlah morfem yang sama, meskipun bentuknya sama keduanya bukan morfem yang sama karena tidak memiliki persamaan arti.
Pemahaman terhadap makna kata menjadi sangat penting sebelum kita menyatakan suatu bentuk adalah morfem atau bukan. Perhatikan bentuk berikut;
Menelantarkan,
Telantar,
Lantaran
Pada bentuk diatas meskipun lantar menskipun disebut berulang ulang bukanlah bentuk morfem karena tidak ada maknanya.
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa morfem adalah bentuk yang sama dan terdapat berulang ulang dan satuan bentuk yang lain.


Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan.

Sumber referensi:
Wikipedia.org
Oxford learner’s pocket Dictionary (fourth edition)
J.W.M. Verhaar. (2012). Asas asas linguistic umum. Yogyakarta; UGM press.
Chaer, Abdul. (2012). Linguistik umum. Jakarta; Rineka Cipta.

Dan berbagai sumber lainnya.

Senin, 06 November 2017

Phonology

phonology I Difinition of Phonology

linguistics 


Sebagimana dijelaskan di tulisan sebelumnya, bahasa adalah suatu lambang bunyi yang bersifat arbitrer, Artinya lambang bunyi beserta komoponen terikat lainnya merupakan hal mendasar dalam kajian bahasa (red; linguistik). Tanpa adanya suara (lambang bunyi) bahasa akan sangat sulit bisa lahir dan berkembang. Bagaimana bisa manusia berinteraksi, memberi penamaaan suatu object, atau u/ sekedar memanggil satu sama jika tidak dengan suara ?.  manusia bisa membaca dan atau paham terhadap arti panamaan suatu benda karena telah melalui proses pemahaman yg disampaikan lewat suara (bunyi bahasa). Karenanya, mempelajari ilmu bunyi menjadi hal yg krusial bagi siapapun yang ingin mempelajari bahasa (linguistik).
Kridalaksana (1983; 27) mengatakan bahwa bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan tekanan udara baik yang bersumber dari gesekan benda, alat suara binatang, dan atau manusia. Akan tetapi tidak semua bunyi menjadi lambang bahasa, tetapi bunyi bahasa yang hanya dihasilkan manusia dengan cara tertentu saja. Lebih lanjut, chaer (2012,43) menyatakan difinisi bunyi bahasa atau bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” (bunyi bahasa) dan dalam fonemik sebagai “fonem” (satuan bunyi dgn kontras makna).
dari pemaparan bahasa sebagai lambang bunyi sebagaimana penjelasan diatas, ada satu konsep lain yang perlu dipahami yaitu berkenaan dengan istilah bahasa tulis. Apakah bahasa dalam bentuk tulisan juga termasuk dalam kontek linguistik?.  Menurut Chaer (2012, 43) dalam linguistik bahasa sebagai lambang bunyi, baik itu yang diucapkan, dilisankan, atau yang keluar dari alat ucap manusia adalah bahasa primer. Adapun bahasa tulisan karena pada dasarnya adalah rekaman/catatan daripada bahasa lisan, maka termasuk dalam katagori bahasa sekunder.
Definition of Phonology
Phonology is the science of speech sounds including especially the history and theory of sound changes in a language or in two or more related languages: Fonologi adalah ilmu suara ucapan termasuk terutama sejarah dan teori perubahan suara dalam satu, dua, atau lebih bahasa. (www.merriam-webster.com/dictionary/phonology). Chaer (2012, 102) mengatakan Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisa, dan mendiskusikan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut Fonologi  yang secara etimologi terbentuk dari kata fon (bunyi) dan logos (ilmu). Fonologi secara heirarki objek kajiannya dibagi menjadi dua yaitu fonetik dan fonemik.
MenurutYule (2001: 54) fonologi adalah studi tentang sistem, pola dan penggunaan suara yang terjadi dalam berbagai bahasa dunia. Kusuma (1990: 7) menambahkan bahwa fonologi berhubungan dengan fonem dan masa fonem. Fonem adalah kelas suara. Ini adalah abjad abstrak yang dapat digunakan untuk menulis bahasa secara sistematis dan tidak ambigu (Yusuf, 1998: 19). Misalnya, fonem / p / dan / t / dalam kata pie dan tie, dll. Namun, untuk mendapatkan pemahaman penuh tentang penggunaan suara ujaran dalam bahasa Inggris, kita bisa mempelajari fonologi dan fonetik. https://id.scribd.com/doc/50424884/CHAPTER-II
secara umum fonetik bisa dijelaskan sebagai cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apkah fungsi bunyi-bunyi tersebut sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang study fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan bunyi tersebut sebagai pembeda makna. (Penjelasn rinci keduanya akan dibahas dalam tulisan lain berikutnya)
Perhatikan contoh berikut:
1.       INTAN-BATIK-INGIN: Bunyi (I) pada ketiga kata tersebut tidak sama.
SPACE-PAGE-MAP: Bunyi (P) pada tiga kalimat tersebut tidak sama.
Ketidaksamaan bunyi (I) dan (P) pada kalimat ditas sebagai salah satu contoh objek kajian fonetik
2.       BARU-PARU: Perbedaan bunyi (B) dan (P)
RUPA-LUPA:  Perbedaan bunyi (R) dan (L)
Ketidaksamaan Bunyi pada frase diatas sebagai contoh objek kajian fonemik.

References:


Kridalaksana, harimurti. (1983). Kamus linguistik. Jakarta: gramedia
Chaer, A. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka cipta
https://id.scribd.com/doc/50424884/CHAPTER-II

Selasa, 13 Juni 2017

LINGUISTIC MIKRO DAN MAKRO (Macro-Micro linguistik)



Lingusitik Makro dan Mikro

Sebagaimana di kutip pada penjelasan sebelumnya mengenai bagian dasar kajian linguistik berdasarkan hubungan dengan faktor baik internal dan ekternal, yaitu disiplin, Lingustik Mikro dan Linguistik Makro. Pada materi ini akan dibahas lebih detail mengenai keduanya.

1.      Linguistik Mikro
Linguistik Mikro atau disebt juga Mikrolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang konsen kajiannya pada konten sistem internal bahasa. Kajian study ini mengarah pada struktur internal suatu bahasa tertentu dan atau semua bahasa pada umumnya.
Bagian interdisiplin kajian Linguistik Mikro yang adalah:
a)      Fonology: subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum, baik bunyi yang memperdulikan arti (fonetik) maupun tidak (fonemik). Menurut Chaer (2009, 1) fonology adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata
b)      Morfology: subdisiplin ilmu linguistik yang cakupan pembahasannya tentang kata dan kelompok kata. Morfologi juga termasuk menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya dan cara pembentukannya. (Carstair, 2002) mendifinisikan morfology sebagai cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Dalam ilmu morfologi, terdapat morfem yaitu bagian terkecil dari sebuah kata.
c)      Semantik: cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau model lainnya, baik bersifat leksikal, gramatikal ataupun kontekstual. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.
d)     Sinteksis: ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam satuan alaminya, sinteksis juga menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain di atas kata, hubungan satu dengan lainnya dan cara penyesuaiannya. Chaer (2007: 206) mengatakan bahwa Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran, dalam sintaksis yang biasa dibicarakan adalah struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, peran sintaksis, satuan sintaksis berupa frase, kalimat, kalimat, dan wacana.

2.      Linguistik Makro
“The branch of linguistics that deals with language and related extra-lingual phenomena as a whole; (sometimes) specifically the statistical analysis of large-scale linguistic phenomena” (Oxford Dictionary)
Berbeda dengan Linguistik Mikro, Linguistik Makro mengkaji hubungan bahasa dalam tataran dunia luar, baik hubungan dengan alam, sosial, atau suatu disiplin ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kajian Linguistik Makro bersifat luas dan ekternal. Linguistik Makro mengkaji kegiatan bahasa pada bidang-bidang lain, misalnya ekonomi dan sejarah. Bahasa digunakan sebagai alat untuk melihat bahasa dari sudut pandangan dari luar bahasa. Pembidangan linguistik makro mencakup antara lain sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika, filologi, dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolinguistik.
a)      Sosiolinguistik: kajian interdisipliner yang mempelajari hubungan dan atau pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa yg digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan sosial (budaya) masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain.
b)      Psikolinguistik: kajian interdisipliner yang mengkaji hubungan bahasa dan mental (psyco), termasuk bagaimana manusia berproses mendapatkan dan menggunakan bahasa itu sendiri. Harley (dalam Dardjowidjojo,2003: 7) berpendapat  bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa.
c)      Antropolinguistik : Ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaan yang “menciptakan” manusia Linguistik Kebudayaan memperlakukan bahasa sebagai fenomena yang kebermaknaannya hanya bisa dipahami secara menyeluruh bila dikaitkan dengan budaya penuturnya.
d)     Stilistika : Ilmu yang memepelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra. Jadi, stilistika adalah ilmu interdisipliner antara linguistik dan ilmu kesusastraan.
e)      Filologi : Ilmu yang mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, yang merupakan kombinasi dari kritik sastra, sejarah, dan linguistik. Hal ini lebih sering didefinisikan sebagai studi tentang teks-teks sastra dan catatan tertulis, penetapan dari keotentikannya dan keaslian dari pembentukannya dan penentuan maknanya. Filologi juga merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah manuskrip, biasanya dari zaman kuno.
f)       Filsafat Bahasa : Ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa sehari-hari. Filsafat bahasa ialah teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf, sementara mereka itu dalam perjalanan memahami pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual knowledge melalui pemahaman terhadap bahasa
g)      Dialektologi : Ilmu tentang dialek. Cabang linguistik yang mengkaji perbedaan-perbedaan isolek (alat komunikasi suatu masyarakat tutur namun belum ditetapkan statusnya) dengan memperlakukan perbedaan-perbedaan tersebut secara utuh.
h)      Neurolinguistik : Merupakan kajian yang berupaya memahami kerja otak untuk memproses kegiatan berbahasa sebagaimana psikolinguistik hanya saja fokusnya berbeda. Neurolinguistik lebih berkecimpung dalam memahami kesulitan berbahasa atau gangguan berbahasa, yang mencakup kegiatam bicara, mendengar, membaca menulis, dan berbahasa isyarat yang menganggu kemampuan berkomunikasi (Lauder, 2005:238). Neurolinguistik dapat ditelusuri latar belakang subjek mengalami autis, yaitu terdapat kerusakan pada sistem syaraf yang membuat kemampuan mengingat mengalami keterbatasan.
i)        Paleografi: Cabang linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan pendeskripsian tulisan2 kuno terutama yang berasal dari abad pertengahan (penafsiran tulisan kuno).
j)        Semiotika: Cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan simbol/lambang. Dan seterusnya.
Termasuk dalam kajian linguistik Makro adalah Bidang linguistik terapan, yaitu terapan kajian yang berusaha mengkaji bahasa untuk diterapkan pada dunia lain. Yang termasuk dalam bidang terapan antara lain adalah:
1.      Linguistik Medis: dikenal juga dengan istilah Language Pathology adalah bidang linguistik terapan yang mencakup cacat bahasa, dan sebagainya. Linguistik medis disebut juga patologi bahasa.
2.      Linguistik Edukasional: Dikenal dengan nama linguistik pedagogis. Adalah cabang linguistik terapan yang bersangkutan dengan peningkatan efesiensi pengajaran bahasa dengan menyediakan deskrisi yang komprehensif mengenai proses-proses dasar dan dengan mempergunakan metode pengajaran yang memadai.
3.      Linguistik Forensik:  Disebut juga Forensic Linguistics adalah cabang linguistik terapan yang berkaitan dengan hukum. Linguistik forensik digunakan untuk menyidik kejahatan yang sebagian pembuktiannya berupa data bahasa.
4.      Leksikografi: Cabang ilmu linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik penyusunan kamus.
5.      Penerjemahan: Bidang linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. Tujuan utama penerjemahan adalah menghasilkan terjemahan yang semirip mungkin dengan naskah aslinya.
6.      Sosiolinguistik Terapan: Bidang linguistik yang terapan mempelajari penerapan/ penggunaan bahasa dalam komunikasi sosial.
7.      Grafologi: Kajian linguistik mengenai sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan bahasa dalam bentuk tetulis. Grafologi mengkhususkan diri pada jenis simbol apa yang dipilih untuk membentuk sebuah sistem tulis, berapa jumlah simbol yang digunakan untuk mentransfer bunyi bahasa ke dalam bentuk tertulis, bagaimana aturan penggunaan simbol-simbol itu sehingga dapat dipakai untuk menuliskan bahasa lisan.
8.      Pengajaran Bahasa: Bidang linguistik terapan yang mempelajari bahasa untuk kepentingan proses belajar mengajar bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa asing.
9.      Mekanolinguistik: Disebut juga (linguistik komputasi) adalah bidang linguistik terapan yang mencakup penggunaan linguistik untuk ilmu komputer dan usaha untuk membuat mesin penerjemahan; memanfaatkan komputer dalam penelitian bahasa.
10.  Pembinaan bahasa: Bidang linguistik terapan yang mempelajari bahasa agar pemakai bahasa sadar dan patuh terhadap kaidah yang berlaku.
11.  Medikolinguistik: Bidang linguistik terapan yang mempelajari bahasa untuk diterapkan di dalam pengobatan.
12.  Fonetik terapan: Cabang ilmu linguistik terapan yang mempelajari bunyi bahasa dan penggunaanya di dalam praktek.

References:
https://id.wikipedia.org
Chaer, Abdul (2009). Fonologi Bahasa Indonesia. Bandung: Rineka Cipta.
http://linguistikid.com/cabang-ilmu-linguistik/
McCarthy, Andrew Carstair. 2002. English Morphology: Words and Their Structure. Edinburgh: Edinburgh University Press.