Tulisan ini adalah catatan kecil saya selama kunjungan keluarga ke Malaysia pada libur tahun baru 2018 kemarin. Yaitu pada tgl 18 Desember 2018 sampai 04 Januari 2019.
Sebenarnya saya sudah lama sekali
merencanakan liburan ke Malaysia ini, tapi baru terlaksana belakangan. Sejak
2010an saya sudah merencanakan berkunjung kenegeri upin ipin ini. Kepergian
saya ini memang membawa banyak misi, misi mengunjungi keluarga, misi liburan,
dan yg utama adalah misi jualan sarung ke saudara” disana, maklum harga jual
disana bisa dua tiga kali lipat lebih mahal daripada harga Indonesia. Sehingga
saya bisa dapat untung lumayan agak banyak, kan lumayan buat tiket ongkos jalan
jalan.
Aku ambil penerbangan siang sekitar jam 10an,
berangkat dari kos ke bandara Juada 2 Internasional Airport diantar temen naik
motor. Tiba dibandara aku langsung check, nah saat proses check in ini aku perhatikan
orang yg mau melakukan perjalanan luar negeri rata rata WNI etnis thionghoa
(china), hanya beberapa saja yg WNI sawo matang. sepertinya mereka (china) akan
liburan natal dan tahun baru 2018, maklum in ikan libur natal dan tahun baru,
so it is normal case. Saat check imigrasi mereka tanpa banyak pertanyaan
langsung di stempel visa, it is badly different with mereka kulit sawo matang (Indonesia
Asli) ada lebih banyak pertanyaan dan pemeriksaan, bahkan ada beberapa orang yg
sampai dibawa ke ruangan khusus untuk, Mungkin sebagai Langkah preventif
petugas Imigrasi meminimalisir TKI illegal berkedok pelancongan. Termasuk saya
yg pertama melakukan perjalan Luar negera juga harus diperiksa diruang khusus
terkait tujuan perjalanan saya, benar kunjungan apa gimana? disana nanti jumpa
siapa? terus bawa uang saku berapa? Apa disini (Surabaya) sudah bekerja?
dan pertanyaan lainnya. Furtunatelly, I
can answer all the questions.
jam 12.30 saya sampai di KLAI 2, ini salah
satu bandara internasional terbesar se asia tenggara, bandara yg terintegrasi dengan mall dan
berbagai fasilitas lainnya.
Sepanjang jalan dari Sepang ke port dickson
melewati perkebunan sawit yg sangat luas (punya kerajaan), circuit sepang,
makan rujak dan bakso madura bakar bakar.
Hari kedua di
Negara bagian Port Dickson, saya ikut saudara ke tempat kerja. Lokasi yang agak
jauh, di tempat kerja saya sedikit paham bagaimana para TKI berkerja untuk
menahkafi keluarga mereka di kampung halaman. Setelah beberapa hari di port
dickson saya pindah ke Kuala Lumpur, Tempat yang sangat terkenal dengan Menara
kambar Petronas (KLCC). Saya akan dijemput oleh saudara sepupu dari ayah di
stasiun seremban. Saya dianter kesana oleh ipar dan sepupu.
Sial tidak bisa
ditolak untung gagal diraih, disekitar stasiun ternyata ada operasi gabungan,
sepupu saya yang tidak punya surat ijin tinggal harus dibawa oleh imigrasi
malaysia. Padahal belum dua bulan bekerja. Tentu dengan uang keberangkatan yang
sangat mahal. Kabarnya setiap orang WNI yang mau bekerja di malayasia bisa
menghabiskan biaya 5 sd 10an jt untuk calo saja, belum lagi bayar ijin tinggal
yang nominalnya bisa sampai 20jt pertahun.
Sepupu saya tadi
akhirnya dideportasi dari malaysia setelah ditahan kurang lebih 20 hari.
Bersambung....