Tampilkan postingan dengan label perpusnas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perpusnas. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 Desember 2022

Relasi Perpusnas, Penerbit dan Penulis buku dalam Nomer ISBN.

Ciptapublishing.id
https://ciptapublishing.id/ 

Saya kebetulan mengelola lembaga penerbitan buku yg berdiri sejak pertengahan 2019. Sampai saat ini penerbitan kami sudah berjalan hampir 3 tahun. Alhamdulillah kami dipercaya oleh berbagai latar belakang penulis dari berbagai daerah untuk membantu menerbitkan karyanya. Karena kami penerbit indie, kami hanya mencetak terbatas sesuai dengan permintaan penulis. Kadang juga kami bantu promosi melalui marketplace penerbit dengan kesepakatan dan perjanjian royalti antara kami sebagai penerbit dan klien sebagai penulis buku.


Beberapa bulan berjalan, Perkiraan akhir Desember kami daftar ke organisasi penerbit yaitu Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Jawa Timur. Alhamdulillah, setelah melengkapi beberapa dokumen persyaratan, kami diterima untuk bergabung di organisasi penerbitan ini. Kemudian oleh admin IKAPI jatim kami di masukkan ke group whatsap. Melalui group whatsap kami sering berdiskusi dan bertukar informasi seputar dunia penerbitan, terutama kaitannya dengan ISBN yg memang menjadi Urat nadi teman teman penerbit. Tidak bisa dipungkiri kalau ISBN adalah nyawa penerbit, tanpa ISBN sedikit penulis berkenan menerbitkan naskahnya kepada kita. 


Melalui IKAPI inilah saya dan teman teman selain bisa meningkatkan nilai jual juga bisa saling bertukar informasi mengenai masalah ISBN. Melalui IKAPI kita juga dibantu komunikasi dengan Perpustakaan Nasional RI saat ada kendala terkait ISBN. 


Sejak pertama melakukan pengajuan nomer ISBN alhamdulillah syarat dan waktunya jelas sesuai pamflet di website Isbn.perpusnas.go.id yaitu sekitar 3 hari kerja, Paling telat 1 munggu. Saya dan teman teman penerbit merasa terbantu sekali dengan layanan ini. Sebagai tanggung jawab, penerbit kami selalu menyerahkan deposit terbitan tepat waktu. Karena memang sesuai dengan undang undang nomer 13 tahun 2018 tentang karya cetak karya rekam “Semua buku yg diajukan nomer ISBN harus dikirim 2 Eksemplar cetak kepada perpusnas RI dan 1 Eksemplar kepada perpustakaan daerah provinsi lokasi penerbit berada”.  


Pada akhir 2021 banyak teman teman penerbit mengeluhkan lamanya proses antria pemberian nomer isbn, bahkan ada yg sampai 1 bulan tidak kunjung keluar. Yg biasanya hanya 3 hari menjadi 3 sd 4 minggu. Saya juga mengalami hal yg sama. Digroup ikapi, media online, media sosial banyak keluhan masyarakat mengenai lambatnya proses ISBN ini. 


Beberapa bulan kemudian perpusnas memberikan jawaban resmi terkait Masalah isbn ini. Pada intinya perpusnas sebagai perwakilan penyedia ISBN di Indonesia mendapat teguran dari pusat ISBN yg berpusat di London. Teguran ini terjadi karena meningkatnya jumlah penggunaan blok nomer ISBN di Indonesia yg menurut pihak pusat ISBN tidak wajar, apalagi penjualan buku di indonesia justru menurun. 



Tahun 2020 saat pandemi dimulai, buku yang diberi ISBN mencapai 144.793 judul, sedangkan tahun 2021 mencapai 63.398 judul. Kenaikan yang sangat fantastis.

Dikutip dari laman teraju.id, Indonesia mendapatkan nomor khas blok ISBN adalah 978-623 dengan jatah ISBN sebanyak 1 juta ISBN. Diperirakan nomor itu habis dalam rentang waktu lebih dari 10 tahun ke depan. Bahkan beberapa negara menghabiskan angka 1 juta itu lebih dari 15 tahun, bahkan ada yang hingga 20 tahun.


Alokasi 1 juta nomor itu diberikan kepada Indonesia terakhir tahun 2018, tetapi tahun 2022 pemberian ISBN sudah membengkak lebih dari 50% mencapai 623.000 judul. Kita bisa menghitung tinggal berapa sisa kuotanya? Hanya tersisa 370an kuota nomor ISBN. Jika Indonesia tetap saja seperti data Perpusnas RI tahun 2021 yang menghasilkan buku sebanyak 67.340 setiap tahunnya, maka nomor hanya akan tersisa kurang lebih enam tahun lagi.


Tahun 2020 saat pandemi dimulai, buku yang diberi ISBN mencapai 144.793 judul, sedangkan tahun 2021 mencapai 63.398 judul. Kenaikan yang sangat fantastis.

Dikutip dari laman teraju.id, Indonesia mendapatkan nomor khas blok ISBN adalah 978-623 dengan jatah ISBN sebanyak 1 juta ISBN. Diperirakan nomor itu habis dalam rentang waktu lebih dari 10 tahun ke depan. Bahkan beberapa negara menghabiskan angka 1 juta itu lebih dari 15 tahun, bahkan ada yang hingga 20 tahun.


Alokasi 1 juta nomor itu diberikan kepada Indonesia terakhir tahun 2018, tetapi tahun 2022 penggunaan ISBN sudah membengkak lebih dari 50% mencapai 623.000 judul. Kita bisa menghitung tinggal berapa sisa kuotanya? Hanya tersisa 370an kuota nomor ISBN. Jika Indonesia tetap saja seperti data Perpusnas RI tahun 2021 yang menghasilkan buku sebanyak 67.340 setiap tahunnya, maka nomor hanya akan tersisa kurang lebih enam tahun lagi. Hal ini mungkin salah satu pertimbangan Pusat ISBN menegur pengelola ISBN Indonesia.



Adanya teguran ini membuat Perpustakaan Nasional dengan cepat mengeluarkan surat yang ditujukan kepada seluruh pimpinan penerbit pada tanggal 25 April 2022 dengan No: 663a/3.2/DPB.05/IV.2022 perihal penataan layanan ISBN, Kondisi ini membuat perlunya pengawasan dan peninjauan oleh pihak Perpustakaan Nasional tentang penggunaan nomor ISBN yang mengalami keterpakaian diluar kewajaran.


Terhadap permasalahan tersebut ada beberapa poin yg perlu kita perhatikan;

Ratio Jumlah Penduduk Indonesia

Dengan total jumlah penduduk 275,77jt rasanya wajar dan sebanding  jika jumlah pengguna ISBN di Indonesia tinggi. Mestinya Pusat ISBN tidak membandingkan tingginya penggunaan ISBN Indonesia dengan Negara lain yg masih rendah tanpa memperhatikan Ratio jumlah penduduknya. 

Produktivitas Masyarkat Indonesia Khususnya para dosen. 

Kita tahu, bahwa menulis buku menjadi salah satu prasyarat Dosen untuk bisa menambah kredit akademik. Kredit akademik ini penting sekali bagi dosen karena berkaitan dengan karir mereka baik di jabatan Struktural (Kaprodi/Dekan/Rektot, dll)ataupun Fungsional (Asisten Ahli/Lektor/Lektor kepala/Profesor). Menurut lansiran Badan Pusat Statistik (BPS), sampai akhir 2021 ada sekitar 265,5 ribu dosen atau tenaga pendidik perguruan tinggi di Indonesia. Jika 1 dosen menghasilakan 1 buku saja per 2thn, dalam dalam 7-8thn blok ISBN Indonesia akan habis oleh dosen saja. Ini belum termasuk Guru yg Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), jumlah guru di Indonesia sebanyak 3,31 juta orang pada tahun ajaran 2022/2023. Jika 10% saja yg menulis sudah lebih dari 300 judul. Ini belum lagi dari buku Fiksi, atau dari penulis penulis swasta lainnya. Jadi saya rasa wajar jika tingkat penggunaan ISBN di Indonesia cukup tinggi dibanding negara lain. Karena ya jumlah penduduk kita terbanyak ke-4 di dunia. 

Pengawasan Standard Pemberian No. ISBN

Perpusnas mungkin bisa lebih ketat dalam menerima pendaftaran akun penerbit serta memaksimalkan pengawasan terhadap beberapa penerbit yg tidak berjalan sesuai standard yg ada. Memang sejak ada teguran dari pusat ISBN perpusnas sepertinya terus melakukan perbaikan system. Sebenarnya kita para penerbit akan berusaha menyesuaikan setiap kebijakan dari perpusnas, tapi sayangnya sampai saat ini sepertinya belum ada aturan yg baku terkait SOP Pemberian Nomer ISBN ini. Waktu antrian yg di system tertulis 3 hari kerja kadang malah sampai 3 minggu belum di proses. Dokumen Persyaratan yg tidak konsisten (saya den teman penerbit lain, beberapa kali diminta revisi pengajuan, padahal sebelumnya di Acc dengan format sama). 



Sinkronisasi peraturan antar lembaga (Buku Teks harus ISBN, gagal cetak.

Digroup Watsapp kami beberapa kali mendengar teman teman penerbit yg naskahnya tidak lolos verifikasi pusat perbukuan (buku bacaan sekolah) baik dari kemendikbud atau Kemenag. Beberapa buku yg tidak lolos ini atau lolos dengan revisi tentu harus di revisi dan dirombak ulang, sementara aturan dari perpusnas setiap buku yg direvisi dan merubah daftar isi harus diajukan ISBN ulang. Tentu ISBN yg lama akan terbuang begitu saja. 




Bismillah, Semoga 2023 ini Tim ISBN perpusnas dan teman teman penerbit semua diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.