Tampilkan postingan dengan label belajar menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label belajar menulis. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Mei 2025

Kegagalan terbesarku

Usaha fotokopi yang saya rintis bersama teman menjadi kegagalan terbesar saya selama belajar berwirausaha. Total modal yang kami kumpulkan sekitar Rp120 juta, tapi lebih dari separuhnya hilang. Rincian pengeluarannya:  

- Sewa tempat 2 tahun: Rp30 juta.  

- Renovasi dan instalasi: Rp10 juta.  

- Pembelian alat dan mesin: Rp60 juta.  

- ATK dan lainnya: Rp20 juta.  

Selama 2 tahun beroperasi, keuangan selalu minus. Bahkan, uang dan HP kantor pernah hilang dicuri. Di bulan ke-6, saya sudah ingin menjual usaha ini karena tak sesuai ekspektasi, tapi tidak ada yang berminat membeli. Saat masa sewa habis, kami tidak mampu memperpanjangnya lagi.  

Akhirnya, kami pindahkan sisa peralatan ke space kecil di warkop "Bonsar". Di sana, usaha fotokopi "Cipta Print" hanya dipakai untuk mendukung layanan penerbitan "Cipta Publishing", seperti mengerjakan proyek atau meeting klien. Karena kurang efektif, saya mulai menjual sebagian alat secara perlahan.  

Tragedi bertambah pada Agustus 2024: monitor, CPU, dan beberapa printer hilang dicuri, rugi sekitar Rp15 juta. Tak lama kemudian, warkop Bonsar disew
a orang lain, sehingga sisa peralatan (mesin fotokopi 6075, rak kaca, mesin potong, laminasi, dll) terpaksa saya pindahkan ke kos-kosan saya yang sudah ditempati sejak 2015. 

Sayangnya, saat proses pindah, mesin fotokopi terkena rembesan air hujan dari plafon bocor. Beberapa bagian rusak, dan saya tak bisa langsung memperbaikinya karena keterbatasan dana. Mesin itu akhirnya menganggur selama beberapa bulan. Baru pada April lalu, saya bisa memanggil tukang servis langganan. Alhamdulillah, mesinnya kini sudah berfungsi normal kembali.  

Ini menjadi pelajaran berharga tentang manajemen risiko, lokasi usaha, dan pentingnya antisipasi kondisi darurat.

Ini menjadi pelajaran berharga tentang manajemen risiko, lokasi usaha, dan pentingnya antisipasi kondisi darurat. 

Benar kata orang “Usaha boleh sama, tapi rezeki Allah yang atur”.

Rabu, 26 Januari 2022

Janji dan Rezeki



Hari ini saya ke Surabaya untuk bertemu dengan calon client dikantor lembaga yang saya kelola. Senin tgl 24 Januari kemarin, memang ada yang menghubungi kami via WA, katanya ingin menggunakan jasa kami terkait asistensi publikasi ilmiahnya. 


Gayung disambut, kita sepakat untuk bertemu hari ini yakni pada Rabu, tanggal 26 januari pukul 10.00 di kantor kami. Nah, tadi pagi memang saya pergi ke Surabaya agak siang, maklum masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah dulu bersama istri. 


Jam 9 berangkat, sampai Surabaya kurang lebih jam 10 kurang. Baru selesai copot sepatu dan meletakkan tas, adik saya yang biasa di sini mengatakan,

"Mas, Tadi ada orang mau kesini, nanyain kantor Cipta Publishing."

"Orangnya bilang apa Mam?" Tanya saya pada Umam. 

"Ngomong, ini benar kantor cipta publishing ? nanyanya sampek 2 kali, saya jawab iya, eh orangnya lalu pergi begitu saja". Jawab Umam. 

" Ough ya wes, gak papa Belum rezeki" 

Lalu saya menjelaskan kepada Umam, siapa dan apa maksud kedatangan orang tersebut. Mungkin karena kantor kita kelihatan ala kadarnya, bapaknya tidak jadi menggunakan jasa kita. 

Ya tapi tak mengapa, memang belum rezeki berarti untuk kami. Sementara baru bisa membuka kantor disini dulu, toh dengan kantor sederhana ini, banyak orang yang puas dangan produk jasa yang sudah kita sediakan, bukan hanya satu dua orang tapi sudah puluhan orang.      

Mungkin nanti kalau sudah waktunya maka kita akan punya kantor yang bukan hanya sekedar sederhana, tapi juga bisa merambah dimana-mana.

Senin, 28 September 2020

Kenapa Harus Bisa Menulis

 


Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian hidup, baik yg itu menyenangkan ataupun sebaliknya. Kejadian" tersebut akan jadi pengalaman yg mungkin bagi sebagian akan terus dikenang. Pengalaman" hidup tersebut mungkin akan menjadi bernilai saat bisa sampai kepada orang lain. Terutama pengalaman yg bernilai positif.

Agar pengalamn itu bisa sampai kepada orang lain tentu dibutuhkan media pengantar. Ada dua cara untuk menyampaikan hal tersebut kepada orang lain yaitu melalui lisan. atau tulisan.

Menyampaikan pengalaman dalam tulisan tentu tidak semudah menyampaikan secara lisan. Saat anda menceritakan pengalaman anda melalui tulisan anda harus menuliskannya dengan kalimat yg tepat, runtun, serta mudah dipahami pembaca. Karena bila tidak, tulisan anda akan susah dimengerti oleh pembaca, akibatnya pesan yg ingin anda sampiakan dalam tulisan tersebut menjadi tidak tersampaikan dengan utuh.

Banyak orang yg menguasai public speaking dengan baik, tapi kurang bagus dalam menyusun tulisan yg mudah dipahami orang lain. Artinya ketika diminta untuk menyampaikan materinya dalam bentuk text, justru malah tidak bisa dimengerti oleh pembacanya. Karena itu siapapun membutuhkan latihan khusus untuk bisa menyusun tulisan dengan baik. Bahkan mereka yg punya bakat menulis sekalipun membutuhkan disiplin latian ketat untuk membuka bakatnya.

Dengan praktek menulis yg konsisten siapapun perlahan akan mampu menulis dengan baik. Karena pada dasarnya, kemampuan menulis itu seperti mengasah mata pisau. Semakin sering pisau di asah maka akan membuatnya semakin tajam, begitupun sebaliknya, pisau yg tidak pernah dipakai dan diasah perlahan akan tumpul dan berkarat. Kemampuan menulis juga perlu latihan. Latihannya ya menulis. Semakin sering kita menulis maka akan membuat tulisan kita semakin bagus.

Karena itu, jika anda punya cita" ingin jadi penulis besar tapi tidak punya kemampuan menulis, mulailah menulis apapun dari sekarang. Mulailah menuliskan pengalaman hidup, kejadian disekitar, mulailah dari hal hal paling mudah dan simpel, mulailah menulis hal hal yg anda sekuai, dan mulailah menulis dari sekarang.

Karena mereka yg tidak pernah menulis, saat mati, akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah tanpa jejak apapun.

Sebagaimana disampaikan Pramodya Ananta Toer “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”