Kamis, 17 September 2020

Corona Tiket dan Persalinan

Halo gaes, Aku mau berbagi cerita nich, 

Pada awal maret kemarin saya sebenarnya sudah merencanakan pulang ke kampung istri supaya bisa menemani dia proses persalinan anak pertama. Istri saya kelahiran Tulung Agung, tapi besar dan sekolah di Sumatra, tepatnya kab. Pasaman barat, salah satu kab di provinsi Sumatra barat. Pernikahan saya dengannya pada tgl 4-5 Agutus 2019 dilaksanakan pasaman barat juga. karena memang pekerjaan saya di Surabaya, tentu istri harus ikut suami. Maka, Sekitar 1 bulanan setelah menikah, istri ikut saya ke Surabaya. Beberapa hari di Surabaya istri saya ternyata hamil. Syukur alhamdulillah, meski secara psikis belum siap jadi orang tua, saya tetap bersyukur dan berterima kasih pada Allah atas karunia ini.

Sejak awal kehamilan istri minta untuk lahiran Bersama ibunya di sumbar, sayapun menyetujui permintaan tersebut. Sesuai dengan rekomendasi dokter Kandungan dan ketentuan maskpai juga, bahwa maksimal usia kehamilan penumpang pesawat adalah 7 bulan. Sesuai dengan hitungan usia kehamilan, istri saya harus pulang ke Sumatra paling tidak pada akhir januari. Karena memang kondisi keuangan masih kurang stabil, istri mau pulang sendiri, tidak perlu saya ditemani, mungkin mikirnya nanti berat diongkos, kalua harus PP Surabaya-padang. Belum lagi April harus kesana lagi untuk menemani proses persalinan. “Sudah, abang nyusul pas akum mau lahiran saja” katanya.

Berdasarkan usia kehamilan, HPL istri diperkirakan antara akhir April sampai awal Mei. Jadi saya harus kesumbar paling tidak tgl 28 April. Jadi, tgl 10 Maret aku pesen tiket sby-pdg via traveloka, setelah memilih tgl dan jam flight dan mengisi data penumpang saya melakukan pembayaran via klik BCA. Setelah pembayaran saya dikonfirmasi sukses, terbitlah E-ticket saya dengan rute Sby-pdg, saya scren shot tiket tersevut lalu dikirim ke wa istri. Nampaknya istri seneng bangets saya akan segera menyusulnya, bahkan sampai dibuat di story wa. “Alhamdulillah, bisa menemani istri lahiran anak pertama,” ucap saya lirih dalam hati.

Selang lima menit kemudian ada notif dari Air asia bahwa flight saya di alihkan menjadi tujuan jakarta, "loeh saya kan mau ke padang, kok flightnya ganti sub-cgk, harusnya kan sub-pdg”. Kemudian saya check di akun treveloka juga sudah di resechedule sub-cgk. Saya akhirnya menghubungi pidak terkait yaitu travelokan, dari traveloka saya diminta untuk kontak lgsg ke maskapai yg saya pilih, serta dikasih hotline numbernya. Saya coba menghubungi no tersebut sampai 10x belum bisa tersambung ke CS. Sampai pulsa 25rb abis terpotong. Karena tidak ada kejelasan akhirnya booking flight tersebut saya cancel. Saya minta dikembalikan uang saja. Setelah mengisi form penbatalan pemesanan, saya diberi tahu kalau proses pembatalan diperkirakan sampai dengan 90 hari kerja.

Kenapa 90 hari kerja ?, lama bangets ?, mungkin saja ini dampak Covid-19 yang lagi panas panasnya di Indonesia, maret adalah awal diumumkannya kasus pertama covid-19 di Indonesia. Tepatnya pada tgl 2 maret dan diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo. lalu banyak  mesyarakat panik, stress, takut dan bimbang bahkan ada yg sampai panik buying, meninmbun makanan dan alat kesehatan. Pertengahan maret kasus semakin meningkat dan terus menyebar keberbagai daerah.  masyarakat semakin takut bepergian, akhirnya banyak sekali tiket pesawat yg dibatalkan. Selang beberapa bulan kemudian, tepatnya pada hari 23/24 kemenhub melarang penerbangan pesawat komersil terhitung sejak tgl 24 April sd 1 Juni 2020. Karena pembatalan tersebut disebabkan oleh pandemi, pihak maskapai harus mengembalikan semua uang tiket penumpang.



Saya akhirnya memutuskan tidak pulang ke padang untuk menemani istri lahiran, karena kepikiran nanti kalau saya ke padang, malah selain dikarantina juga jadi omongan tetangga lagi, belum lagi ketakutan kalau nanti malah OTG dan menularkan pada keluarga istri. Apalagi ibu mertua termasuk oreng dengan resiko tinggi. Istri juga agak berat kalau saya kesana, “Orang orang disini agak parno kalau ada orang luar dating, jadi daripada nanti abang dirasanin banyak orang mending tidak usah kesini gak papa”, ini tentu berat sekali bagi kita, terutama buat istri, harus menjali proses persalinan tanpa ditemani suami.

Saya bersyukur dan senang meski tidak bisa lebaran bareng anak istri di padang, Allah menjawab semua doa saya, Alhamdulillah istri melahirkan anak pertama kami dengan normal dan selamat. Saya berpesan ke istri kalau saya akan mengadzani & Iqomah untuknya lewat Hp. InsysaAllah, saya yakin Allah tetap memberi keutamaan sama dengan saya mengumdangkan adzan secara langsung kepadanya, aminnnn.  Betapa bahagianya saya saat melihat wajah kanaya pertama kalinya, meskipun itu lewat Hp.

Dan Alhamdulillah saat tulisan ini saya buat, anak saya berusia 13 hari, dia juga tumbuh dengan sehat dan sempurna. Semoga kelak menjadi anak yg sholehah dan berbakti kepada orang tua dan bangsa. We love you Kanaya S. A. 

Kedua, Semoga Covid-19 segera punah, vaksin terbaik segera ditemukan dan kehidupan kembali normal tanpa new. Selama normal masih menggunakan model new, mari selalu terapkan prinsip 3M;  3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan. 


0 comments:

Posting Komentar